THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 15 September 2009

Eksotisme dan Legenda Tanah Maori

MENYAMBUT matahari pagi dari sisi Danau Rotorua bak menyaksikan sebuah fragmen kehidupan dan kisah cinta yang hangat. Kabut dingin dan camar membuat senja di Pulau Mokoia begitu romantis.

Kota Rotorua pukul 06.00 waktu setempat masih temaram dan dibekap sunyi. Kabut tampak merayap seperti enggan beranjak dalam udara dingin bertemperatur 7 derajat Celsius. Sweter dan jaket dirangkap tiga masih belum mampu mengusir dingin yang menusuk kulit, bahkan embusan napas terlihat seperti berasap putih.

Udara yang dingin tidak menyurutkan langkah SI untuk mulai menyusuri Jalan Hinemoa yang membelah Kota Rotorua dari timur ke barat. Bertemu persimpangan dengan Jalan Tutanekai, berbelok ke kanan menuju utara. Lima belas menit kemudian, akhirnya sampai di dermaga kecil di sisi Danau Rotorua yang banyak menyimpan legenda dari suku Maori.

Meski langit mulai benderang, kabut tebal masih menyelimuti Danau Rotorua dan hanya menampakkan puncak Pulau Mokoia yang terletak di tengah danau terbesar kedua di Distrik Rotorua. Di Rotorua, berjarak sekitar 234 km dari Auckland atau sekitar tiga jam ditempuh perjalanan darat, ada 16 danau, dan Danau Tarawera yang paling besar ukurannya.

Sepuluh menit kemudian, semburat cahaya matahari berwarna jingga mulai menghiasi langit di atas Danau Rotorua. Kumpulan camar yang berkumpul di dermaga mulai beterbangan dan beberapa ekor angsa menyisir sisi danau mencari makanan. Sesaat kemudian, kabut mulai beringsut pergi dan ketika matahari benar-benar muncul sempurna, seluruh permukaan danau berhiaskan Pulau Mokoia terlihat utuh.

Di dermaga, tampak kapal kuno khas Eropa yang digerakkan kincir dan pesawat amfibi bersandar. Kapal itu biasa digunakan untuk menggelar makan malam bagi wisatawan di atas danau, dan pesawat itu disewakan bagi turis yang hendak melihat pemandangan dari udara.

Di Rotorua, keberadaan Danau Rotorua, Pulau Mokoia, kabut, embun, dan sumber panas bumi menyimpan legenda yang menarik dari suku Maori. Sampai saat ini, suku Maori percaya bahwa mereka berasal dari keturunan Dewa Langit yang dikenal dengan Ranginui, serta Dewi Bumi yang disebut Papatuanuku.

Setelah mempunyai beberapa anak, Dewa Langit dan Dewi Bumi terpisah. Anak-anak mereka yang berusaha menyatukan kembali selalu gagal karena tidak bisa menjangkau langit yang tinggi dari bumi. Sebagai tanda cinta Dewa Langit dan Dewi Bumi, setiap malam turunlah kabut; dan ketika pagi, turun embun yang dilambangkan sebagai air mata Dewa Langit yang berpisah dengan istrinya, Dewi Bumi.

Jadilah sampai kini Rotorua, yang dikenal sebagai tanah leluhur suku Maori, selalu diselimuti kabut dan dibasahi embun kala pagi hari.

Kisah cinta sepasang kekasih pun tersimpan dalam legenda Pulau Mokoia. Dalam mitologi Maori diceritakan di Pulau Mokoia ada seorang pemuda yang sangat tampan, menguasai berbagai keterampilan, dan mahir berperang bernama Tutanekai. Ketampanannya membuat seorang putri cantik dan dianggap suci dari daratan di sebelah barat Danau Rotorua bernama Hinemoa jatuh hati.

Karena kedua keluarga bermusuhan, keduanya menjalin hubungan terselubung. Untuk menemui kekasihnya di Pulau Mokoia, Hinemoa nekat menyeberangi Danau Rotorua dengan berenang malam hari supaya tidak ketahuan. Agar kekasihnya tidak tersesat, Tutanekai memandunya dari tengah pulau dengan meniup seruling khas Maori yang terbuat dari tulang. Akhirnya, keduanya bertemu dan hidup bahagia.

Begitu romantis, bahkan heroiknya kisah cinta Tutanekai dan Hinemoa, membuat nama keduanya sampai diabadikan menjadi nama jalan di pusat kota Rotorua. Kedua jalan itu seakan dibuat sedemikian rupa membelah pusat kota Rotorua dan menghubungkan jalan menuju Danau Rotorua.

Rotorua yang dikenal memiliki potensi panas bumi dan pusat pengobatan alternatif menggunakan terapi air panas dan lumpur belerang, punya satulegendayangtidakkalah menarik dan penuh cinta seorang kakak kepada adiknya. Dikisahkan, moyang orang Te Rawa-salah satu suku Maori yang bertugas melindungi Rotorua-, mereka memiliki tohunga(kepala suku) hebat bernama Ngatoroirangi.

Ketika menjalankan tugas ke puncak Gunung Tarawera yang berselimut salju dan berangin, Ngatoroirangi dan pengikutnya nyaris mati kedinginan. Lalu, dia meminta pertolongan adik perempuannya yang berada di Hawaiki (tanah leluhur) yang sakti mengirimkan bantuan. Kemudian, adiknya mengirimkan api melalui bawah Samudra Pasifik dan membelah daratan Aotearoa (Selandia Baru) sehingga sampai ke Gunung Tarawera dan menyelamatkan Ngatoroirangi yang kedinginan. Api itu menyemburkan uap panas dan geiser sehingga selain menghangatkan tubuh, juga untuk memasak makanan oleh Ngatoroirangi. Sampai kini di wilayah sekitar Rotorua dan Gunung Tarawera, banyak terdapat sumber panas bumi, uap panas, dan lumpur geiser yang digunakan untuk pembangkit listrik dan pengobatan alternatif.

Jadilah Rotorua, kota yang dianugerahi keindahan yang eksotis dan potensi alam yang luar biasa. Tentu itu bukan hanya berdasarkan mitos dan legenda, karena secara ilmiah, keunikan itu bisa dijelaskan dengan logis. Udara Rotorua yang dingin karena wilayah berada di dataran tinggi, memiliki banyak danau, dan dekat Gunung Tarawera setinggi 1.111 meter.

Potensi panas bumi yang berlimpah di Rotorua diperoleh, karena secara geologi, wilayah nya tepat berada di atas pertemuan lempeng Asia-Australia dan lempeng Pasifik. Gesekan dua lempeng ini mengakibatkan aktivitas vulkanik yang besar dan menimbulkan panas bumi.

Rotorua pun menjadi tujuan 2,9 juta wisatawan dari seluruh dunia setiap tahunnya. Karena di sini berbagai wisata tersaji apik, mulai wisata tradisional budaya Maori, wisata kesehatan dengan pengobatan alternatif air panas, agrowisata, sampai wisata petualangan.

Tentu, Danau Rotorua menjadi salah satu objek wisata utama yang mampu menarik wisatawan. Selain pemandangannya yang indah dan udara yang segar, juga menyimpan banyak legenda. Anda bisa menyaksikan keindahan Danau Rotorua sambil makan malam naik kapal dan diiringi berbagai nyanyian. Atau menikmatinya dari udara dengan menggunakan pesawat amfibi dan helikopter ringan yang disewakan. Atau sekadar duduk di tepi danau saat sunrise atau sunset, semua terasa mengasyikkan dan romantis.

0 komentar: